Resensi Buku Dunia Kompeni antara Kami, KNIL, dan Indonesia

 

Resensi Buku Dunia Kompeni antara Kami, KNIL, dan Indonesia

Oleh

Radhiffa Hafiz Aliftami’raj

IDENTITAS BUKU

Judul Buku           : DUNIA KOMPENI ANTARA KAMI, KNIL DAN INDONESIA

Pengarang            : Petrik Matanasi

Penerbit                : Kendi

Tahun Terbit          : 2019        

Tebal Halaman      : 212 Halaman

ISBN                    : 978-602-513-04-6

 

SINOPSIS BUKU

            Di Nusantara, KNIL dikenal sebagai militer yang kerjanya menumpas pemberontakan orang-orang Indonesia. P. Van Meel, dalam tulisannya De Krijgsverrichtingen van het KNIL, dalam buku Gedenkschrift Koninklijk Nederlandsche Indische Leger 1830-1950 (1990: 65-66) membuat dafar pengerahan ekspedisi KNIL dari 1830 hingga 1950 ke daerah-daerah di Nusantara. Tak hanya pemberontakan menolak pajak saja, tapi juga melawan bajak laut. Semua musuh pemerintah kolonial yang bersenjata dan sulit diatasi polisi adalah tugas KNIL. Semua demi kejayaan Ratu Singa dan juga duit.

 

ISI BUKU

            Buku yang berjudul DUNIA KOMPENI ANTARA KAMI, KNIL DAN INDONESIA karya Petrik Matanasi tersebut merupakan buku dengan tema sejarah. Buku tersebut didalamnya secara garis besar menjelaskan tentang Koninklijk Nederlandsche Indische Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda mulai dari awal mula berdirinya KNIL, Tugas-tugas KNIL, Sistem pengorganisasian dan pengupahan serdadu KNIL, Aksi-aksi yang dilakukan KNIL seperti perang Jawa, PD II, agresi militer, sampai pemberontakan APRA, hingga pembubaran serta pengaruh KNIL terhadap institusi militer di Indonesia.

            Selain itu, buku tersebut juga memaparkan tentang kehidupan seorang serdadu KNIL. Misalnya orang-orang Indonesia yang bergabung dengan KNIL tidak serta merta dapat disebut sebagai penghianat bangsa. Orang yang bergabung dengan KNIL sejatinya juga menjadi “korban” dari adanya Kolonialisme Belanda pada saat itu. Dimana dalam hal tersebut dijelaskan bahwa orang ikut KNIL menjadi alat pemerintah kolonial bukan karena ideologi, tetapi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu ada juga penjelasan bahwa orang Indonesia yang direkrut oleh KNIL dikarenakan mereka buta politik, tidak paham tentang kemerdekaan Indonesia, serta terhasut oleh propaganda-propaganda pemerintah kolonial.

            Orang-orang yang tergabung dalam prajurit KNIL juga tidak menjamin mereka menjadi lebih sejahtera kehidupannya. Mereka juga masih mendapatkan diskriminasi dari pemerintah kolonial. Dalam sistem pengupahan misalnya, dijelaskan bahwa serdadu KNIL asal Belanda atau Eropa akan mendapatkan gaji paling tinggi, disusul orang Ambon dan Manado, serta orang Jawa. Hal tersebut juga berlaku dalam hak mendapat fasilitas atau tunjangan lainnya.

            Disamping itu walaupun KNIL terlihat digdaya, sebenarnya mereka hanya mampu melawan pemberontakan yang terjadi di Indonesia. KNIL justru tidak mampu menang melawan militer asing seperti Jepang saat awal Perang Dunia 2 yang mengakibatkan KNIL dianggap bubar pada 1942 dan muncul kembali pada tahun 1945 setelah Perang Dunia usai dan bubar kembali pada tahun 1950. Walaupun begitu, KNIL juga berperan dalam militer Indonesia seperti bangunan, senjata, kendaraan, dan fasilitas militer yang menjadi milik TNI, eks perwira KNIL yang menjadi pimpinan TNI atau pejabat RI, strukturisasi organisasi militer, hingga pendirian RPKAD (Kopassus).

 

KELEBIHAN BUKU

            Bahasa yang digunakan dalam buku tersebut tidak terlalu berat, sehingga pembaca dapat lebih memahami bacaannya. Selain itu, buku tersebut juga menjelaskan fenomena dan peristiwa yang dialami oleh serdadu KNIL secara jelas dan detail dimana dalam buku tersebut memberikan perspektif atau sisi lain kehidupan serdadu KNIL pada masa itu. Buku tersebut menegaskan bahwa orang yang tergabung dengan KNIL semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan ditengah kondisi zaman penjajahan yang semakin sulit dan bukan karena faktor ideologis.

 

KELEMAHAN BUKU

            Buku ini memiliki kerekatan kertas yang kurang baik. Sehingga saat membaca, halaman-halaman buku rawan lepas (tetel). Secara isi, alur waktu yang terdapat dalam buku juga kurang runtut.

0 Komentar